Wajib Baca! Review Orang-orang Oetimu, Novel Terbaik Tahun 2021

Orang-Orang Oetimu Novel Terbaik 2021

Wajib Baca! Review Orang-orang Oetimu, Novel Terbaik Tahun 2021 – Sebelum punya buku ini, saya sering melihat review novel Orang-orang Oetimu wara-wiri di media sosial dan podcast review buku. Ditambah lagi, Orang-orang Oetimu ini ternyata menjadi nominasi di beberapa penghargaan sastra dan menjadi novel terbaik tahun 2021 versi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

Saya baca proses kreatif pembuatan novel ini yang luar biasa. Penulis menuliskan cerita ini pada kertas folio dengan tulisan tangan, lalu dipindahkan ke laptop yang dipinjam dari adik kelas, lalu diedit kembali. Sayangnya, bukti otentik kertas folio tulisan tangan penulis sudah dikilokan karena butuh uang. Sungguh proses kreatif yang menarik!

Begitu besar daya tariknya, saya akhirnya coba membaca novel ini dan selesai membaca sekitar 2 hari kemudian! Sebuah pencapaian di tengah gempuran drama korea yang juga minta ditonton. Buat kamu yang juga tertarik, baca dulu review Orang-orang Oetimu di bawah ini ya.

Kolase Kisah Orang-Orang Oetimu

Novel Felix K Nesi Orang-Orang Oetimu
  • Judul Novel: Orang-orang Oetimu
  • Penulis: Felix K. Nesi
  • Penerbit: Marjin Kiri
  • Tahun Terbit: Cetakan Keempat Oktober 2020
  • Jumlah Halaman: 220 halaman ++
Kisah Orang-Orang Oetimu

Novel dibuka dengan kisah kesibukan orang-orang kampung yang akan menonton final Piala dunia antara Brazil dan Prancis pada tahun 1998. Berbondong-bondong mereka mendatangi tempat Sersan Ipi, salah satu dari 3 tempat yang mempunyai televisi. Sersan Ipi menjamu mereka dengan daging dan berbagai miras, sebuah perilaku Sersan Ipi yang tidak biasa.

Ternyata hari itu Sersan Ipi sedang berbahagia. Ia mengumumkan hal penting: ia akan menikahi Silvy, seorang kembang desa yang dikagumi para pria muda-tua. Di tengah kegembiaraan dan keriuhan, ada sesuatu yang mengancam tengah terjadi di rumah Martin Kabiti. Tetapi para pria kampung itu tidak tahu. Perhatian mereka telah teralihkan. Para pria sibuk mengurus Piala Dunia dan mengurus hati yang patah yang karena Silvy akan dipinang oleh Sersan Ipi.

Orang-orang tua kampung percaya, Sersan Ipi bukanlah sembarang orang. Ia dipercaya akan terhindar dari kemalangan dan selalu diliputi kebahagiaan karena memiliki leluhur yang diberkahi. Cerita lalu melompat jauh ke belakang.

Cerita dilanjutkan dengan kisah tentang Julio Craveiro dos Santos. Ia mengajak serta keluarganya pindah dari Portugis ke Timor. Berharap kehidupan yang aman dari bencana, Julio malah mendapatkan bencananya sendiri. Ia difitnah terlibat dalam pembelotan yang berakhir ditembak mati bersama dengan istrinya. Tersisalah anaknya, Laura, yang harus melanjutkan hidup sebagai tawanan.

Laura diperkosa dan disiksa berkali-kali sebelum akhirnya ia dapat melarikan diri dan terdampar di Oetimu dalam kondisi hamil dan buruk rupa. Di Oetimu inilah ia bertemu dengan Am Siki. Cerita lalu bergerak ke belakang, menceritakan masa lalu Am Siki yang penuh dengan kisah heroik yang dibesar-besarkan.

Penceritaan berlanjut terus dengan kisah-kisah para tokoh lainnya yang terkait dengan Oetimu. Sampai pada akhirnya kembali lagi pada kisah Sersan Ipi di waktu dan tempat yang sama seperti permulaan cerita.

Review Orang-Orang Oetimu: Daya Tarik yang Menghanyutkan

Saat membaca Orang-orang Oetimu, saya mencoba melupakan betapa novel ini sukses meraih penghargaan. Saya membacanya sebagai sebuah novel yang mempunyai kisah dan daya tarik. Saya sampai rela bangun tidur lebih awal di kala anak-anak masih tidur demi melanjutkan membaca.

Saya merinci ada beberapa daya tarik Orang-orang Oetimu yang membuat saya hanyut saat membacanya.

Cara Bercerita yang Tidak Biasa

Ini menarik perhatian saya. Pada setiap akhir bab, penulis akan me-mention seseorang yang akan menjadi pusat cerita pada bab selanjutnya. Saya sangat menikmati ketika misalnya Am Siki disebut pada akhir bab, maka saya bersiap untuk menikmati kisah Am Siki pada bab selanjutnya.

Konsekuensinya, setting waktu akan melompat-lompat ke belakang. Sebagian besar cerita berlatar waktu yang mundur dengan tidak berurutan. Latar waktu yang maju hanya terjadi pada awal dan akhir cerita.

Saya menuliskan catatan pada kertas khusus untuk menggambarkan relasi tiap tokoh untuk lebih jelas melihat gambaran besar cerita.

Karakter Hiperbolis Penduduk Oetimu

Ialah Am Siki yang digadang-gadang sebagai pahlawan oleh penduduk Oetimu sebenarnya hanyalah seorang pedagang yang berusaha kabur dari kamp kerja paksa tentara Jepang. Namun, oleh penduduk Oetimu aksi Am Siki melawan tentara Jepang dianggap heroik dan diceritakan dengan banyak penambahan hingga begitu gegap gempita.

Oleh penduduk Oetimu, Am Siki dibuatkan pesta tujuh hari tujuh malam dan setelahnya nama Am Siki harum sebagai seorang yang terhormat. Btw, kisah bagaimana Am Siki bisa melawan tentara Jepang juga agak kocak sebenarnya. Saya baca ulang masih ngikik.

Ke-lebay-an penduduk Oetimu juga terjadi saat Laura, Ibu dari Sersan Ipi, pertama kali muncul di Oetimu. Dikira sebagai setan buruk rupa, tidak ada seorang pun yang berani mendekati Laura. Sampai akhirnya dipanggilkan Am Siki yang memberanikan diri menangani setan Laura.

Karakter hiperbolis ini somehow kocak dan menghibur banget sih. Kadang terasa dekat, hingga terasa menertawakan diri sendiri.

Gambaran Orang-Orang Timur pada Orang-orang Oetimu

Ragam Cerita Para Tokoh

Membaca cerita para tokoh di tiap bab seperti membaca cerpen. Membaca satu buku utuh seperti membaca kumpulan cerpen yang terkait satu sama lain yang mana para tokohnya adalah orang-orang oetimu. Karena keragaman ceritanya, membaca Orang-orang Oetimu menjadi tidak membosankan.

Gambaran Karakter dan Budaya Indonesia Timur

Salah satu hal menarik saat membaca novel atau cerpen yang termuat kearifan lokal di dalamnya: saya merasa diajak menikmati dan tinggal sejenak bersama para karakter lengkap dengan budaya yang jarang saya temui.

Dari Orang-orang Oetimu, saya bisa melihat betapa kuat hubungan sopi dan orang-orang NTT, juga pendapat mereka tentang pulau Jawa dan penduduknya. Terkadang ada geli membaca deskripsi tokoh tentang orang-orang Jawa. Ada getir saat menangkap sarkasme penulis tentang ketidakmerataan kesejahteraan sosial.

Sarkasme pada Novel Orang-Orang Oetimu

Diksi yang Indah dan Pas

Kalau kamu tidak suka deskripsi suasana atau tempat dengan gaya metafora hiperbolik, tenang, di novel ini tidak akan ditemukan yang serupa itu. Diksi yang digunakan penulis efisien dan efektif, tidak berlebihan bahkan untuk menggambarkan masyarakat Oetimu yang lebay.

Beberapa diksi terasa indah bagi saya. Beberapa diksi saya catat karena baru kali ini saya temukan. Membaca Orang-orang Oetimu tidak hanya menyelami kisah, tetapi juga bersentuhan dengan keindahan kata-kata.

Membaca Orang-orang Oetimu, Bertandang ke Timur Indonesia

Bagaimana setelah membaca review Orang-orang Oetimu di atas?

Buat kamu yang jenuh dengan kondisi saat ini, bacalah Orang-orang Oetimu dan biarkan diri tinggal bersama para tokoh di Timur Indonesia. Bertandang dan menikmati setiap peristiwa. Happy reading!

13 komentar

  1. Dari ulasannya menarik ya kak. Padahal belum baca keseluruhan novelnya, baca ulasan ini aja udah bikin penasaran. Setting tempatnya juga gak main-main, tahun 1998 itu sejarah yang luar biasa dahsyat di dunia, termasuk Indonesia. Masa-masa sensitif dan banyak ketegangan terjadi. Spill dong, adakah di sana disebutkan bagaimana krisis moneter turut berpengaruh bagi orang-orang Oetimu?

    Makasih rekomendasinya, cuss masuk wishlist nih.

    1. Seinget saya tidak disinggung sih, Kak. Setting waktu 1998 hanya terjadi pada bagian paling awal dan paling akhir cerita, jadi emang ga dieksplor banget sih tentang krisis moeneter. Ga kayak drama korea 25 21 yang krisis moeneter jadi latar belakang peristiwa yang berpengaruh di cerita.

  2. Saya belum membaca ‘Orang-orang Oetimu’, tapi membaca reviewnya saja saya serasa langsung dibawa dan berada di Nusa Tenggara Timur. Sepertinya deskripsi tentang Timur Indonesia dengan segala keunikan budaya dan orang-orangnya sangat luar biasa, sehingga kita terbawa suasana didalamnya. Must Read

  3. Saat awal baca tulisan ini, aku jadi inget jaman SMA, nulis cerpen pakai buku karena gak punya laptop.
    Pegel ya bukan main. Salut sekali dengan penulis buku ini.

  4. Wah, keren banget behind story penulisan buku ini. Tapi karyanya tetep indah ya dengan keterbatasan yang ada. Dulu jaman SMP sering nulis di folio juga, cerpen tapi. Kalau novel nggak kebayang ya gimana (banyak hihi). Menarik, jadi ingin baca.

  5. Mbak Indah, aku menikmati resensi ini, seolah-olah aku lagi membaca sendiri novelnya. Plus grafisnya ciamik. Thanks for sharing mba, sepertinya menarik novelnya apalagi ada unsur daerah Timurnya

  6. Serius aku penasaran banget mbak gimana si penulis mendeskripsikan orang Jawa? Aaaakkk sebagai orang Jawa aku merasa melakukan klarifikasi wkwkwk.

  7. Akhirnya tulisan dengan latar Indonesia timur. Cover buku ini mengingatkan saya pada Eka Kurniawan, entah di bagian mananya, kek ngena aja gitu jehe

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *