Puasa Saat Pandemi: Dari Munggahan Hingga Video Call

Puasa Saat Pandemi

Puasa Saat Pandemi: Dari Munggahan Hingga Video Call- Meskipun sudah banyak kelonggaran, bulan Ramadan tahun ini masih diliputi kekhawatiran akan pandemi yang belum benar-benar pergi. Beberapa bulan lalu, masih lekat diingatan betapa varian Omicron begitu cepat menjangkiti banyak orang hingga ribuan kasus terjadi dalam satu hari.

Walaupun saat ini masih awal puasa, puasa saat pandemi juga memberikan perubahan dan penyesuaian kegiatan di keluarga kami.

Tradisi Munggahan yang Tidak Terlaksana

Pada adat Betawi ada tradisi munggahan yang merupakan rangkaian kegiatan dengan melibatkan sanak saudara. Salah satu kegiatan pada tradisi munggahan ini adalah membawa seserahan menjelang Ramadan kepada orangtua dan keluarga.

Karena Suami saya anak betawi asli (tapi bukan si Doel), tahun lalu, meski juga masih pandemi, kami masih berkesempatan memberikan bingkisan ala kadarnya kepada orangtua dan Abang dari Suami. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini tradisi munggahan tersebut tidak dapat terlaksana.

Saya pribadi belum pernah merasakan tradisi munggahan di mana sanak saudara berkumpul bersama menjelang Ramadan dan berkegiatan bersama. Selain karena secara lokasi kami tinggal di kota yang berbeda dengan keluarga besar, pandemi dan tidak fleksibelnya jadwal kerja suami juga menjadi penyebabnya. Semoga di suatu waktu saya dan keluarga bisa turut juga merasakan tradisi munggahan dengan sanak saudara.

Itikaf yang Dirindukan

Sejak pandemi, suami tidak bisa melaksanakan itikaf pada 10 malam terakhir Ramadan. Itikaf adalah suatu kegiatan berdiam di Masjid pada 10 hari terakhir Ramadan. Tujuan dari itikaf adalah mengikuti sunnah Rosul dengan fokus beribadah agar bisa mendapatkan malam Lailatul Qadr.

Demi maslahat yang lebih besar, kami taat pemerintah untuk tetap melaksanakan ibadah sebaik-baiknya pada 10 hari terakhir Ramadan dengan di rumah saja tanpa itikaf.

Pada tahun ini, kami berharap itikaf bisa terlaksana. Dengan diperbolehkannya kegiatan buka bersama (bukber) di Ramadan ini oleh Pemerintah, harapan tentang itikaf juga semakin besar. Walaupun tidak mengikuti itikaf secara langsung sejak mempunyai anak, saya turut juga merindukan momen-momen di mana suami saya itikaf di Masjid.

Momen ketika saya mengantarkan pakaian bersihnya untuk ditukar dengan pakaian kotor. Momen mempertemukan anak-anak dengan Ayahnya yang sedang itikaf. Momen saat saya turut juga menghadiri ceramah di Masjid tempat itikaf suami. Momen di mana menunggu suami pulang selesai itikaf. Kualitas hubungan kami pun terasa menjadi lebih baik setelah suami menjalani itikaf. Komunikasi lebih produktif dan friksi relatif berkurang.

Video Call Sebagai Alternatif Silaturahim

Video call alternatif silaturahim kala puasa saat pandemi

Setiap tahun, saya dan teman-teman Pramuka kala SMA selalu menyelenggarakan buka puasa bersama (bukber). Momen itu menjadi ajang berkumpul kami setidaknya satu kali dalam satu tahun. Saya biasanya tidak melewatkan acara bukber yang satu ini walau seringnya menghindari undangan bukber lainnya.

Tahun lalu, kami tidak bisa menyelenggarakan bukber dan menggantinya dengan video call via zoom. Tidak tanggung-tanggung, video call berlangsung selama 2.5 jam! Dari yang tadinya saat awal video call seorang teman berada di kantor, sampai dia pulang ke rumah, video call masih terus berlanjut.

Entah tahun ini apa bukber masih diwakilkan oleh video call atau bisa bertemu muka secara langsung. Saya berharap kondisi yang terbaik untuk kita semua. Saya sangat berharap pandemi benar-benar hilang dari dunia. Bagaimanapun juga, Ramadan lekat betul dengan silaturahim. Alangkah baiknya jika tahun ini bisa dilakukan silaturahim dengan bertemu muka secara langsung.

Hikmah Puasa Saat Pandemi

Memang kadang ada himahnya juga kondisi pandemi yang terjadi saat Ramadan. Saya menjadi lebih mudah fokus dan tidak perlu menolak ajakan-ajakan buka puasa bersama dari beberapa kelompok pertemanan. Karena Ramadan ini dirasa terlalu singkat sedangkan ada banyak hal yang masih perlu dilakukan. Saya pribadi lebih menyukai bertemu dengan teman-teman saat di luar Ramadan.

Namun demikian, saya berharap kondisi Indonesia dan dunia kembali normal tanpa pandemi. Bebas dari pandemi selamanya. Ada yang diajarkan dari pandemi pada gaya hidup kita: menjaga kesehatan. Ada baiknya pada puasa saat pandemi begini kita juga memikirkan apa yang masuk ke mulut kita. Saya pribadi mempunyai target untuk mengurangi makan gorengan (favorit kita semua!) saat berbuka. Selain untuk kesehatan, minyak goreng luar biasa mahal! 😀

Semoga Allah berkahi puasa Ramadan kita tahun ini ya!

1 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *