Review Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Review Keajaiban Toko Kelontong Namiya – Saya baru saja menyelesaikan membaca buku yang sempat saya dengar reviewnya di Podcast Buku Kutu. Aditya Hadi dari Podcast Buku Kutu begitu meyakinkan menjelaskan betapa buku ini menarik untuk dibaca. Dan memang menarik! Buat kamu yang pengin tahu lebih jauh, yuk lanjut baca review Keajaiban Toko Kelontong Namiya di bawah ini. Btw, saya juga sudah review beberapa buku yang mungkin kamu suka juga, seperti Sengkarut, Girls in The Dark, Novel Ayah, dan yang lainnya.

Konsultasi Masalah di Toko Kelontong Namiya

  • Judul Buku: Keajaiban Toko Kelontong Namiya
  • Penulis: Keigo Higashino
  • Penerbit: Penerbit Gramedia Pustaka Utama
  • Jumlah Halaman: 400 halaman
  • Cetakan: Cetakan Kedua (Januari 2021)
  • Genre: Fiksi (Novel)

Kisah berawal dari 3 orang pencuri yang bersembunyi di sebuah toko kelontong tua setelah melakukan aksinya mencuri. Di bagian depan toko tertulis nama toko meski samar karena sudah dimakan waktu: Toko Kelontong Namiya.

Mereka memerhatikan kondisi rumah sekaligus toko yang tampaknya sudah lama tidak dihuni namun barang-barang masih pada tempatnya, termasuk barang jualan toko tersebut. Toko berada di bagian depan, sedangkan rumah berada di belakangnya.

Selagi mengawasi kondisi di dalam rumah, ada suara yang berasal dari arah toko, seperti suara benda yang jatuh. Mereka menduga seseorang telah menemukan tempat persembunyian mereka. Dengan berhati-hati mereka mengecek, ternyata sebuah surat baru saja dimasukkan melalui lubang rolling door toko yang tertutup.

Mereka yang keheranan memutuskan membuka dan membaca surat tersebut. Di luar dugaan, surat tersebut adalah surat yang berisi permasalahan si pengirim surat. Kenapa seseorang menuliskan permasalahannya kepada sebuah toko kelontong?

Pertanyaan tersebut menemukan jawabannya pada sebuah hasil liputan wawancara pemilik toko kelontong yang dibaca mereka pada sebuah majalah lawas yang ada di dalam rumah tersebut. Toko kelontong Namiya menerima konsultasi masalah lewat surat. Hanya saja, wawancara itu dilakukan pada puluhan tahun silam. Mereka juga yakin kalau tempat tersebut sudah lama tidak berpenghuni. Kenapa masih saja ada yang mengirim surat?

Memangnya wajar ya orang mengirim surat ke toko tak berpenghuni dan mengharapkan balasan?

Keajaiban Toko Kelontong Namiya halaman 19

Di tambah lagi, ada yang aneh dengan isi surat tersebut. Walaupun sempat ragu, mereka memutuskan membalas surat tersebut. Setelah menerima balasan surat, mereka menyadari satu hal: mereka dan si pengirim surat hidup di zaman yang berbeda!

Walaupun sulit dipercaya, mereka tetap melanjutkan korespondensi lintas waktu tersebut dan tidak menceritakan kondisi sesungguhnya pada si pengirim surat. Lama kelamaan, mereka menyenangi kegiatan ini. Mereka yang biasanya diabaikan di lingkungan sosial menjadi merasa lebih berarti karena ada orang yang mendengarkan saran mereka.

Tapi sampai kapan kegiatan ini terus berlanjut? Bagaimana kisah 3 pencuri ini akhirnya? Bagaimana mulanya toko ini dimintai saran oleh orang-orang yang memiliki masalah? Apa yang sesungguhnya terjadi pada Toko Kelontong Namiya ?

Untuk menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas, kamu perlu baca bukunya ya. Saya sih tidak menyesal baca buku ini. Semoga kamu juga ya!

Review Keajaiban Toko Kelontong Namiya: Toko Kelontong dan Keajaibannya

Saya suka banget sama buku ini! Setidaknya ada beberapa hal yang membuat saya terngiang-ngiang terus dengan buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya ini:

Pembukaan yang Apik

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, novel ini dibuka dengan kisah 3 pencuri yang bersembunyi di toko kelontong Namiya. Pembukaan ini begitu apik, langsung tepat pada konflik dan pusat cerita.

Saya sudah dibuat konsentrasi sejak awal. Karena tidak biasa membaca novel dengan tokoh menggunakan nama jepang, saya bahkan harus membuat ilustrasi ketiga pencuri tersebut dan menduga-duga karakter dan jabatannya dalam kelompok pencuri.

Alur yang Memukau

Semoga kata ‘memukau’ tidak terlalu berlebihan menggambarkan ketertarikan saya pada alur cerita ini. Di dalam novel terdapat lebih dari satu tokoh dengan lebih dari satu cerita yang keseluruhannya dengan sangat cantiknya terhubung satu sama lain.

Entah kenapa saya jadi membayangkan sang penulis novel, Keigo Higashino-san, memiliki beberapa halaman (atau satu kertas besar) sketsa tokoh dan kejadian masing-masing cerita.

Pesan Moral yang Menyentuh

Pesan moral sepertinya bertebaran di sepanjang cerita, baik dari surat yang mengungkap masalah, dari surat jawaban Kakek Namiya, surat jawaban dari kawanan pencuri, dari kisah masing-masing pengirim surat, dan juga dari percakapan antar tokoh.

Ada percakapan yang menarik perhatian saya:

Apa menurutmu orang-orang seperti kita yang tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri bisa membantu mengatasi masalah orang lain?

Keajaiban Toko Kelontong Namiya Halaman 26

Kalimat ini sering sekali nangkring di kepala saya ketika seseorang menceritakan masalahnya dan meminta solusi. Seolah ada yang berbicara: lau sokap belagak ngasih nasihat. Situ oke? Akhirnya, saya berkomentar juga nanggung, takut-takut salah.

Padahal, bisa jadi kebaikan untuk orang tersebut dihantarkan lewat kata-kata yang kita ucapkan.

Tentang Kakek Namiya juga tidak kalah penting. Sosok yang memikirkan nasihat dengan sebijak-bijaknya. Bahkan ada masa di mana ia insecure: Apa betul sarannya bermanfaat bagi kehidupan orang yang mengirim surat? Sebegitu mendalamnya memikirkan kehidupan orang lain yang bahkan dia tidak tahu nama dan rupanya.

Film The Miracles of Namiya General Store

Novel ini sudah diangkat ke layar lebar loh. Di Jepang, filmnya rilis pada tahun 2017 dengan judul Namiya Zakkaten no Kiseki (The Miracles of Namiya General Store). Tidak hanya di Jepang, novel ini juga diadaptasi menjadi film di Cina dengan judul Namiya. Jackie Chan turut berakting di film tersebut.

Film The Miracles of General Store Namiya
Sumber gambar: imdb.com

Beberapa hari lalu saya berkesempatan menonton film versi Jepang yang diperankan oleh Toshiyuki Nishida sebagai Bapak Namiya. Film yang dirilis tahun 2017 ini berdurasi sekitar 2 jam. Awal menonton saya sangat excited. Ada lintasan pikiran yang sibuk membandingkan dengan novel aslinya. Oh di sini letak toko kelontongnya, dan Pak Namiya begini ya, saya memvisualisasikan agak lebih tinggi, dan Ini rupa 3 orang yang bersembunyi di toko Namiya, dan lain sebagainya.

Ada beberapa cerita yang tidak masuk ke dalam film namun cukup menggambarkan benar merah dari ceritanya. Beberapa hal detail yang saya kira esensial juga tidak masuk ke dalam film. Seperti kondisi langit yang Purnama saat malam di mana 3 pemuda bersembunyi tidak ditampakkan sama sekali. Di novel, penggambaran langit malam itu begitu menyihir saya. Purnama yang terasa mistis dan perbedaan dunia di dalam dan di luar toko tidak terlalu digambarkan dengan baik.

Ada juga penambahan cerita yang membuat sentral cerita agak bergeser pada 3 pemuda ini. Jika pada novel tergambar kuat peran sentral Pak Namiya dan tokonya. Pada film, 3 pemuda ini lebih mengambil banyak peran dibandingkan Pak Namiya, hal ini terlihat dari bagaimana cerita dibuka dan ditutup. Ending cerita di film agak berbeda dengan novel. Dan in membuat perbedaan yang cukup signifikan atas moral story yang ingin disampaikan.

Film Zakkaten no Kiseki
Sumber gambar: imdb.com

Karena berbeda, saya jadi bisa melihat satu kejadian dengan beragam sudut pandang, dan tidak buruk juga loh! Walaupun terasa kurang greget, film Zakkaten no Kiseki bisa disaksikan dengan nyaman dan cukup menghibur dengan pesan-pesan yang hangat. Oh iya, saya jadi sering terngiang-ngiang dengan lagu yang diciptakan oleh tokoh Katsuro Matsuoka yang kemudian dinyanyikan oleh Seri. Kalau di novel, saya agak sulit membayangkan bagaimana lagu ini bisa disukai oleh banyak oran. Di film, penasaran saya tertuntaskan.

Novel dan Film yang Hangat

Baik novel maupun film tetap memberikan kehangatan saat membaca dan menontonnya. Buat kamu yang suka dengan novel dengan pesan moral yang hangat, bisa coba baca novel ini dan ceritain ya bagaimana kesan-kesan kamu setelah membaca novel atau menonton filmnya ya.

Diperbarui per 16 Juni 2022

23 komentar

  1. Bukan puisinya yg saya dalami namun review bukunya. Lalu bagaimana nasib ketiga pencuri itu ya kak ? Kayaknya harus baca sampai tuntas ya buku itu

  2. Wah..emang kalau genre ini selalu kasih kesan bahwa “keajaiban” itu mungkin ya. Kasih pesan pd kita kalo harapan dan kesempatan itu pun ada buat semua. Keren ulasannya, kk. Terima kasih..

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *