Puasa di rumah aja tahun ini dan merupakan tahun ketiga puasa Ramadan di masa pandemi. Walaupun saya berharap besar tahun ini pandemi benar-benar selesai, puasa di rumah aja seperti ini sangat menyenangkan!
Kenapa Puasa di Rumah Aja Menyenangkan?
Daftar Isi
Ramadan dan Lari Sprint
Entah dengan kamu, saya merasakan kenyamanan dengan puasa di rumah aja. Bagi saya, Ramadan laksana ajang lomba lari sprint (lari jarak pendek). Pelari jarak pendek akan langsung berlari dengan kecepatan tinggi sejak dari garis start, berbeda dengan pelari maraton. Sejak awalnya, ibadah di bulan Ramadan mestinya langsung full energi agar target ibadah yang dituju tercapai.
Karenanya, puasa di rumah aja memberikan saya banyak kesempatan untuk fokus ibadah. Saya tidak lagi repot menolak ajakan untuk buka puasa bersama dari berbagai kelompok pertemanan. Sejak bertahun-tahun silam, saya sudah sering menolak sebagian besar ajakan buka puasa bersama. Karena saya bisa mengukur diri saya sendiri, akan ada banyak waktu yang terbuang dan ibadah yang tidak sesuai harapan jika saya mengikuti buka puasa bersama.
Minimalisir Distraksi agar Fokus Ibadah
Puasa di rumah aja bukan berarti tidak ada distraksi saat kita ingin fokus beribadah. Di era sekarang saat media sosial berjaya, distraksi bisa ada di mana-mana, salah satunya pada gerakan refleks jari-jari tangan kita. Karena, sekali lagi, Ramadan dalah lari sprint, saya berusaha melakukan strategi untuk minimalisir distraksi. Saya mencatat beberapa sumber distraksi yang bisa menggangu fokus ibadah. Beberapa bisa di-handle sekali waktu, beberapa lainnya mungkin seiring berjalannya waktu bisa dibereskan, dan yang lain sisanya mungkin hanya bisa saya terima sebagai risiko logis atas peran saya. Oh iya, saya adalah ibu rumah tangga tanpa ART yang mengasuh kedua anak balita secara langsung.
Distraksi Media Sosial
Ini distraksi terbesar yang tanpa kita sadari bisa merampok sebagian besar waktu kita tanpa hasil yang signifikan menambah pahala di bulan Ramadan. Kalau boleh jujur, seringnya malah mengotori hati. Media sosial yang sering saya buka adalah instagram. Tangan saya sering refleks membuka instagram kapan pun saya merasa membutuhkan hiburan atau sekadar melepas penat.
Berbulan-bulan yang lalu, saya sudah membatasi konsumsi waktu saya ber-instagram menggunakan otomasi, hanya 2 jam dalam sehari. Namun demikian, khusus Ramadan ini saya lebih mengetatkan penggunaan instagram menjadi 1 jam dalam sehari dan dengan istirahat setelah 10 menit.
Mungkin ada pengaturan serupa untuk media sosial lainnya, tapi saya belum mencobanya secara pribadi. Mungkin kamu ada yang pernah coba? Boleh ya berbagi di kolom komentar.
Distraksi Kegiatan di Dapur
Ini salah satu yang menggoda juga selama Ramadan. Dari menyiapkan penganan berbuka hingga membuat kue kering untuk Ramadan. Sejak tahun lalu, saya memustukan untuk tidak membuat kue kering saat berpuasa. Tahun lalu, saya membuat kue kering saat tidak berpuasa yang mendekati lebaran. Tahun ini tampaknya akan demikian juga. Perihal pembuatan kue kering saya anggap sudah bisa diatasi.
Yang masih harus di-handle dengan baik adalah jadwal memasak. Saya memutuskan untuk memasak sekali dalam dua hari dan membuat menu praktis untuk berbuka. Sampai sejauh ini, jadwal berjalan lancar. Semoga tetap lancar hingga Ramadan berakhir.
Distraksi Netflix
Ini juga sesuatu yang sangat menggoda. Sebelum masuk bulan Ramadan, saya dibuat galau karena episode akhir drama korea Twenty Five Twenty One ditayangkan pada awal Ramadan. Namun ternyata, Allah takdirkan saya tidak berpuasa di hari puasa pertama. Saya masih bisa menyaksikan episode akhir drama 2521 tanpa harus menunggu Ramadan berakhir.
Tapi itu jadi drama korea terakhir yang saya tonton Ramadan ini. Setelahnya, saya ingin fokus ibadah. Tidak ada lagi, lirik-lirik preview drama yang lainnya. Tidak ada lagi, ceki-ceki review drama korea di instagram. Mohon doanya semua. Semoga Allah lancarkan.
Distraksi Rumah Berantakan
Distraksi ini jenis distraksi yang dibereskan sembari jalan. Selagi belum berpuasa, saya berusaha mencicil tumpukan setrikaan, membersihkan ruangan, memberi rumah pada barang-barang yang berserakan, dan menyortir barang-barang yang sudah tidak dipakai. Dengan mencicil, pekerjaan menjadi tidak terlalu melelahkan mengingat beres-beres rumah bukan hal yang saya sukai.
Distraksi Obrolan Ngalor-ngidul
Wanita mana yang tidak suka rumpi? Padahal rumpi bisa menjerumuskan ibadah puasa kita menjadi kebangkrutan. Benar-benar distraksi yang perlu diperhatikan. Saya menyiasatinya dengan tidak menyalakan notifikasi whatsapp, baik untuk pesan grup, maupun japri (jaringan pribadi).
Tapi tangan seperti sudah refleks, saat penat, buka whatsapp. Rasanya perlu strategi ampuh lainnya yang lebih efektif. Saya terpikir untuk meletakkan handphone pada tempat tertentu sampai dengan jangka waktu tertentu. Strategi ini pernah saya lakukan saat saya ingin menyembuhkan anak saya dari kecanduan gawai dan berhasil. Pada bukunya yang berjudul Going Offline, Desi Anwar menyebutkan beberapa kegiatan offline yang dapat membuat kita berjarak dari gawai dan lebih mengenal diri sendiri.
Distraksi Anak-anak Balita
Sebenarnya anak sulung saya bulan ini genap berusia 5 tahun, namun untuk menambah dramatisasi, izinkan saya memasukkan ia dalam golongan balita.
Anak-anak saya belum sepenuhnya mandiri. Saat menulis tulisan ini saja saya beberapa kali terinterupsi oleh permintaan anak-anak dari sekadar minta dibuatkan pesawat kertas hingga disucikan dari pupnya. Distraksi jenis ini adalah distraksi yang tidak bisa saya singkirkan dan saya terima dengan lapang dada (kadang-kadang kesel juga). Bagaimanapun juga, saya ingin anak-anak saya mengingat saya sebagai ibu yang selalu ada saat mereka membutuhkan.
Perhatikan Waktu
Sekali lagi, Ramadan adalah lari jarak pendek. Durasinya sebentar, maka perhatikan waktu yang kita miliki. Semoga waktu kita terisi untuk melakukan amalan yang Allah sukai di Ramadan ini. Semoga Allah berikan berkah Ramadan untuk kita semua.
3 komentar